oleh

Ketua Komisi IV Nilai Pemda Lotim Gagap dalam Bangun Pariwisata

Komisi IV DPRD Lotim kunker ke Bali. Dalam kunker itu, dewan menilai Pemda Lotim harus berbenah dalam membangun pariwisata. Sebab dinilai selama ini pariwisata diurus setengah hati. Dari itu diharap kajian perencanaan yang matang serta keberpihakan anggaran agar dapat mengejar ketertinggalan.

DENPASAR, Corongrakyat.co.id- Komisi lV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lombok Timur lakukan kunjungan kerja di Kabupaten Tabanan dan Gianyar, Provinsi Bali. Setidaknya ada tiga fokus pada kegiatan itu, yakni soal kebijakan Pemda dalam politik anggaran, regulasi dan pengembangan serta pemberdayaan pariwisata yang berkelanjutan dalam suatu konsep kawasan.

Ketua Komisi IV DPRD Lombok Timur , HL Hasan Rahman menerangkan Pemda Lotim harus belajar banyak hal dari Tabanan dan Gianyar, sebab concern 2 kabupaten itu dalam membangun pariwisatanya diniali sangat baik.

Masih kata dia, pembangunan pariwisata tidak boleh setengah hati. Sebab katanya pariwisata harus disiapkan mulai dari lembaga, infrastruktur pendukung dan penataan destinasi.

“Itu yang saya lihat, kekhasan politik anggaran di kabupaten atau kota di Provinsi Bali ini, kalau kita cenderung tidak matang,” terang dia, Jumat (28/05/2021).

Meski dia tidak menyebut gamblang, hal itu harus di follow up oleh Pemda Lotim salah satunya dengan informasi di media serta dokumentasi di Sekretariat DPRD.

Lanjutnya, hasil hearing tentang masalah anggaran maupun perencanaan pembangunan pariwisata, harusnya direspon cepat oleh Pemda. Sebab hal itu sebutnya telah terdokumentasi dengan baik.

Dirinya juga menyinggung soal Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (Ripparda). Sebenarnya, ucap politisi Partai Golkar ini, sudah diambil alih oleh legislatif untuk mempercepat prosesnya. Jangan sampai hal itu menjadi halangan untuk pariwisata.

Diterangkan dia, terdapat komentar dari pegiat wisata terkait dengan dokumentasi atau data yang dimiliki oleh Dispar Lotim, yang ia sebut tidak menunjukan perubahan dari kondisi lima tahun yang lalu. “Kami pikir dokumen sudah lengkap, dan saat ditanyakan eksekutif bilang butuh dana untuk itu,” tegasnya,

“Seperti Sembalun misalnya, data tentang berapa jumlah hotel dan home stay. Itu datanya masih lima tahun yang lalu, padahal data yang sekarang sudah berubah,” katanya dan menyebut dengan alasan itu pula pihaknya harus mengembalikan berkas Ripparda itu ke eksekutif.

Dirinya juga mencontohkan data destinasi wisata kuliner dan gerabah di Kecamatan Masbagik yang saat ia katakan tidak dimuat faktual oleh Dispar Lotim. “Jangan sampai apa yang diceritakan, saat ini sudah tidak ada,” keluhnya seraya menilai jika perhatian pemerintah dirasa kurang.

“Bank data itu penting, fokus pembangunan harus menjadi perhatian. Sebab hal itu akan berbuntut pada anggaran,” bebernya.

Lebih jauh, ia menilai dalam membangun pariwisata, Pemda Lotim kerap tidak matang dalam membuat perencanaan, akibatnya master plan dan tujuan pembangunan tidak terealisasi. “Misalnya ada anggaran untuk membangun pada 2019, namun tahun berikutnya sudah tak ada lagi itu, karena terkendala anggaran, atau berubah perencanaannya lagi. Ini lucu,” sesalnya.

“Harusnya clear dong perencanaan awal sampai akhir, agar tujuan dari pembangunan itu maksimal,” harapnya.

Jadi kata dia, tahapan perencanaan itu harus maksimal. Apalagi membangun pariwisata. “Jangan sampai dibelakang hari sudah dianggarkan miliaran rupiah, tapi lantaran dengan perencaan yang tidak matang berimbas pada anggaran,” katanya sembari mempertanyakan desa wisata yang digadang oleh Bupati Lotim beberapa waktu lalu.

“Nanti kita harus lihat bagaimana perkembangan dari desa wisata yang telah direncanakan itu. Jalan apa tidak,” sebutnya bertanya tentang itu.

“Kalau Desa Wisata Penglipuran itu perencanaannya jelas, mulai dari kelembagaan, konsep, penataan, sampai dengan promosi. Pemdanya tanggap untuk itu,” ucapnya dan berharap Pemda Lotim kedepan harus menyusun perencanaan yang komprehensif, utamanya terkait politik anggaran.

“Porsi anggaran harus jelas. Jangan ada lagi perencana berubah-ubah. Itu yang buat gagal perkembangan pariwisata kita. (Cr-Pin)