Tak Ada Sopir Ambulan, Nyawa Iq Edi Tak Tertolong

DIRUT RSUD TANJUNG dr. Bahrudin
DIRUT RSUD TANJUNG dr. Bahrudin

KLU, Corong Rakyat Meninggalnya Inaq Edi, pasien RSUD Tanjung diperjalanan saat dilakukan rujukan menuju Rumah Sakit Umum (RSU) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) oleh pihak RSUD Tanjung, Saat ini menjadi sorotan berbagai pihak akibat lambatnya proses rujukan yang dilakukan, salah satu Ombudsman NTB yang menilai pihak RSUD telah lalai dalam menjalankan SOP yang ada.

Tudingan atas kelalaian pihak RSUD Tanjung dalam menangani pasien Inaq Edi akhirnya mendapat respon pihak RSUD setempat, pihak RSUD Tanjung mengakui kelalaian dalam menyiapkan sopir, namun diakuinya RSUD setempat telah menjalani SOP.

‘’Kami sudah siapkan sopir utama dirumah sakit ini, namun demikian sopir utama saat itu ditugaskan untuk mengambil oksigen ke Mataram, sehingga sempat tidak ada sopir yang standby, “aku Dirut RSUD Tanjung dr. Bahrudin kepada wartawan jumat lalu.

Bahrudin juga menambahkan bahwa pihaknya di Rumah Sakit Tanjung sebenarnya telah memiliki SOP, tidak benar jika pihak RS Tanjung tidak memiliki SOP.

Kronologis kematian Inaq Edi sendiri berawal dari lakalantas yang menimpanya, dimana dari peristiwa tersebut inaq edi mengalami pendarahan pada otak belakang yang mengakibatkan Inaq Edi tidak sadarkan diri. Akibat dari peristiwa tersebut Inaq Edi dilarikan ke RSUD Tanjung untuk mendapat pertolongan, namun pihak RSUD sendiri tidak bisa menangani karena terkendala dengan peralatan dan dokter yang belum memadai, sehingga harus dilakukan rujukan menuju rumah sakit yang memiliki tipe A atau B seperti RSUP NTB.

Namun ketika rencana untuk dilakukan rujukan tersebut pasien sangat lama diberangkatkan ke RSUP lantaran sopir saat itu tidak ada yang standby di rumah sakit, sehingga pihak RSUP terpaksa on call sopir cadangan yang harus ditunggu kedatangannya menuju rumah sakit sekitar 40 an menit untuk berangkat.

Saat sang sopir tiba, dalam perjalanan saat pasien diberangkatan menuju RSUP NTB, diperjalanan tepat di wilayah Telaga Wareng, kecamatan Pemenang, pasien mengalami drop yang begitu parah, dan kata Bahrudin beberapa tindakan dilakukan untuk diberikan pertolongan medis diperjalanan, namun tidak ada sinyal baik dari kondisi pasien. Sopir pun diminta ke pinggir dan mobil dimatikan. Setelah dilakukan pemeriksaan Nadi, reflek pupil dicurigai si pasien telah meninggal. Karena telah dinyatakan tidak bernyawa pihak keluarga pun meminta pasien sebaiknya dibawa pulang saja.

‘’Dalam SOP sebenarnya pasien tetap kami harus rujuk ke RSUP, namun karena dorongan pihak keluarga yang meminta untuk dibawa pulang akhirnya kami menuruti,”terangnya.

Namun demikian ketika pasien mau dibawa pulang, mobil ambulan kembali mengalami kendala, mobil mengalami mogok ketika sesaat mau balik, karena proses lama mobil pulih, akhirnya tim medis meminta bantuan kepada mobil ambulance puskesmas setempat untuk membawa jenazah pasien tersebut ke kediamannya.

‘’Mobil yang kami gunakan untuk membawa pasien ini, merupakan mobil baru yang dimiliki pihak RSUD, kami juga heran kok bisa mobil ini mogok,”terangnya.(Adi)