
Limbah-limbah yang menumpuk di Pantai Labuhan Haji menjadi berkah tersendiri bagi mereka yang mau bersusah payah menjadikan sesuatu yang terbuang tersebut menjadi rejeki yang lumayan, salah satunya Aq Us yang sehari-harinya menjadi buruh tani. Jika tidak ada yang menyuruhnya menjadi buruh tani maka ia akan ke Pantai Labuhan Haji untuk mengumpulkan batu apung dan barang rongsokan lainnya.
Oleh : Lalu Mujahidin
Musim hujan menyebabkan air sungai dari hulu sangat besar, air sungai tersebut membawa limbah-limbah dari berbagai macam material, seperti material batu apung, pasir, bahkan ada barang rongsokan seperti sepeda, panci dan lain sebagainya.
Hal ini membawa berkah bagi masyarakat sekitar yang di waktu luangnya digunakan untuk memulung barang-barang yang datang dari hulu sungai dan membawa material tersebut ke pantai. Sepertinya pekerjaan mereka remeh, tetapi dari hasil memulung di pantai saja mereka mendapatkan rejeki yang lumayan untuk meneruskan hidup mereka.
Aq Us (55 th) menuturkan bahwa ia kesehariannya sebagai buruh tani di Desa Labuhan Haji, tetapi jika tidak ada yang meminta jasanya untuk berburuh, maka ia akan ke Pantai Labuhan Haji untuk memungut apa saja yang bisa dijualnya. Aq Us yang sedang mengumpulkan batu apung pada saat itu bercerita bahwa ia yang mempunyai dua orang anak yang sudah menikah tetap memungut batu apung untuk ia jual kepada pengecer, satu karung batu apung ia jual dengan harga Rp 5000,- perkarungnya. Dalam sebulan ia bisa mendapat 100 karung hingga 125 karung, jadi jika di total penghasilan Aq Us bisa melebihi RP 600 rb.
Selain batu apung ia juga sering mendapat rongsokan seperti besi, panci dan sepeda yang sudah dibuang pemiilknya dan ikut hanyut akibat dibawa banjir dari hulu sungai, jadi rejeki yang didapat menurut Aq Us dari pantai Labuhan haji pada musim penghujan ini rata-rata lebih dari Rp 900 rb.
Dalam kesehariannya mengumpulkan batu apung di Pantai Labuhan Haji, banyak juga teman atau tetangga mengikuti jejaknya. Ia menuturkan, tetangganya juga mendapat rejeki yang lebih dari dirinya, menurut Aq Us jika rajin keluar maka lebih banyak batu yang bisa dikumpulkan.
Sementara, pembeli batu apung sudah memahami, bila musim hujan ia akan memberikan karung kepada siapa saja yang mau mengumpulkan batu apung yang nantinya akan dibeli dengan harga yang sangat pantas. Dari hasil pantauan di Labuhan Haji dalam sebulan bisa terkumpul ribuan karung berisi batu apung. Potensi ekonomi dari hasil sampah saja di daerah pantai tersebut bisa diandalkan pada waktu musim penghujan.
Memang kalau kita melihat keadaan Pantai Labuhan Haji ketika musim penghujan sangatlah kotor dan kumuh, dikarenakan banyaknya limbah yang menumpuk, terutama di muara sungai. Penumpukan sampah di beberapa tempat, membuat pemandangan yang sangat kotor, tetapi ada juga ditempat lain yang pantainya tetap bersih. Sepertinya, belum ada upaya pemerintah untuk membersihkan Pantai Labuhan Haji di musim penghujan, tetapi apapun namanya, Pantai Labuhan Haji yang kotor masih bisa memberikan manfaat bagi mereka yang kurang mampu. (*)