Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 di Indonesia semakin mendekat, dan sorotan kini tertuju pada peran yang akan dimainkan oleh Generasi Milenial dan Z. Mereka bukan hanya pemilih biasa, tetapi telah menjadi kekuatan besar yang akan membentuk dinamika politik dan arah masa depan negara. Dengan jumlah yang signifikan dan pandangan yang segar, generasi ini membawa perubahan penting dalam proses demokrasi, membawa harapan baru bagi Indonesia.
MENJELANG Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, sorotan tertuju pada peran signifikan yang akan dimainkan Generasi Milenial dan Z. Tidak lagi hanya menjadi segelintir pemilih, mereka telah menjadi kekuatan yang secara kolektif akan membentuk dan mengubah landscape politik di Indonesia.
Dalam teori generasi (Generation Theory), yang diperkenalkan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004), Generasi Z lahir antara tahun 1997 hingga 2012, Generasi Z muncul di perbatasan antara akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Sebagai penerus dan eksplorator di era ini, mereka membawa pandangan yang segar dan dinamika unik dalam memahami perkembangan bangsa.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengumumkan bahwa dari total 204.807.222 warga negara yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), lebih dari separuhnya adalah dari Generasi Z dan Milenial. Generasi Z, yang meliputi kelahiran antara tahun 1995 hingga 2000-an, berjumlah sekitar 46.800.161 pemilih, sedangkan Generasi Milenial, yang lahir di antara tahun 1980 hingga 1994, mencatat angka sekitar 66.822.389.
Jumlah ini, saat digabungkan, membentuk kekuatan mayoritas yang mencapai 56,45 persen dari total pemilih. Meski demikian, peran partisipasi dalam Pemilu tidak terbatas pada mereka saja. Generasi X, lahir di antara tahun 1965 hingga 1979, menyumbangkan suara yang signifikan dengan jumlah sekitar 57.486.482 (28,07 persen). Disusul oleh Generasi Baby Boomer (kelahiran tahun 1944-1964) yang memberikan andil sekitar 28.127.340 (13,73 persen), dan Generasi Pre-Boomer dengan jumlah 3.570.850 (1,74 persen).
Tidak hanya dalam hal jumlah, pandangan Generasi Milenial dan Z terhadap isu-isu krusial juga berperan dalam menentukan arah Pemilu. Laporan dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis pada Agustus 2022 menegaskan fokus mereka pada isu-isu korupsi, lingkungan, dan kesejahteraan. Dalam memilih calon presiden, faktor pengalaman kepemimpinan dan kemampuan retorika menjadi hal yang penting dalam penilaian mereka.
Generasi Milenial dan Z membawa lebih dari sekadar suara, mereka juga membawa nilai-nilai dan aspirasi yang membentuk inti demokrasi. Namun, kolaborasi dengan generasi sebelumnya menjadi inti dari dinamika ini. Pemilu 2024 menjadi panggung sinergi yang menghubungkan kekuatan dan pandangan generasi muda dengan kebijaksanaan dan perspektif generasi pendahulunya. Dalam harmoni ini, tergambar masa depan Indonesia yang cerah dan berseri, di mana perbedaan generasi memberikan sumbangan unik dalam mengarahkan perjalanan negara. (*)
*Muh. Rifa’i Ilhamudin (Pemerhati Isu Demokrasi dan Lingkungan)