Kekurangan Air, Petani Tembakau Terancam Gagal Panen

KEKERINGAN : Petani tembakau Lombok Timur terancam gagal panen
KEKERINGAN : Petani tembakau Lombok Timur terancam gagal panen

 Musim tanam tembakau tahun 2015 ini petani dihadapkan dengan kemarau, akibatnya para petani tembakau di Lombok Timur pada umumnya terancam gagal panen lantaran tidak dapat mengairi sawahnya.

LOMBOK TIMUR, Corongrakyat.co.id – Di desa Semaya kecamatan Sikur misalkan, petani tembakau diwilayah itu dilanda keresahan yang tiada terhingga. Betapa tidak, tanaman tembakau yang sudah ditanami dan sudah mulai tumbuh besar dilahan persawahan mereka  mengalami pertumbuhan yang tidak normal lantaran kurangnya pengairan.

Kenyataan pahit itu tentu membuat petani dikawasan itu terancam gagal panen, sementara biaya yang sudah diinvestasikan di tanaman tembakau itu tergolong cukup tinggi. Maklum tanaman tembakau bagi petani Lombok Timur merupakan komodtas andalan setelah musim panen padi.

Tidak saja ancaman gagal panen, semakin sulitnya memperoleh air irigasi untuk areal persawan, petani di desa Semaya ini juga cenderung memicu konflik antar petani karena saling berebut air ketika ada sedikit aliran irigasi.

Adalah Samsuddin, pekasih subak dua desa Semaya ini pada Corong Rakyat, Senin (27/07/2015) dikediamannya membenarkan persalan itu.

“Warga atau petani di desa Semaya belakangan ini sering bertengkar gara-gara saling berebut air irigasi,” tutur Samsuddin.

Tidak saja tanaman tembakau, lanjut Samsuddin, namun yang lebih parahnya lagi bagi mereka (Petani-Red) yang sudah terlanjur menanam padi, karena minimnya pengairan membuat tanaman padi mereka tidak bisa tumbuh besar dan mereka pun menyabitnya untuk dijadikan pakan ternak.

Senada dengan pekasih itu, warga lain seperti Husni Tamrin mengungkapkan, bahwa  ancaman gagal panen bagi para petani di desa Semaya itu mencapai  sekitar 25 hektar.

Atas musibah itu, Husni Tamrin menegaskan, bahwa dirinya bersama petani lainnya akan mendatangi pemerintah daerah guna membicarakan dan mencari solusi bersama terkait permasalahan air irigasi yang kini melanda mereka.

Ditegaskannya, pada dasarnya desa Semaya sebenarnya memiliki banyak sumber mata air, yakni mencapai hingga 20 sumber mata air , namun pemerintah daerah telah mengaliri air dari sumber mata air yang ada di desa Semaya itu untuk desa lainnya di Lombok Timur ini.

“Kami yang memiliki sumber mata air yang dikorbankan pemerintah demi kepentingan masyarakat di desa lainnya, dan ini harus dipecahkan,” pungkas Husni. (her)