
Ketika budaya nyongkolan di jadikan ajang mabuk-mabukan dan tawuran antar warga yang tidak jarang berakhir kematian, lalu apa yang harus di lakukan oleh generasi muda untuk menjaga keaslian budaya sasak itu.
Lombok Timur, Corong Rakyat – Budaya nyongkolan yang semestinya di jadikan sebagai ajang silaturrahmi bagi keluarga mempelai laki- laki dan keluarga ke mempelai wanita, saat ini justru banyak sekali budaya nyongkolan yang membuat keresahan di dalam masyarakat di sebabkan karna banyaknya nyongkolan yang berujung kemacetan jalan dan rawan konflik sehingga tidak jarang berakhir dengan korban nyawa.
Hal itulah yang mendorong aktivis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lombok Timur melaksanakan acara seminar kebudayaan yang bertemakan “menyelamatkan budaya sasak dari degradasi moral anak bangsa” .
Acara yang berlangsung di aula KPU Lombok Timur pada hari Sabtu (29/08) mendatangkan pemateri dari kesbangpoldagri, Dinas Budpar, Kapolres Lotim dan dari akademisi Kin-D Center, sedangkan yang menjadi peserta dalam acara seminar kebudayaan tersebut meliputi budayawan, Guru sejarah, Badan eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Lotim, Osis Se- Lotim, organisasi kepemudaan, Karang taruna se-lotim
Muhammad Hairuddin selaku ketua panitia dalam sambutannya menyatakan bahwa di era modernisasi saat ini budaya sasak terutama budaya nyongkolan sudah terkontaminasi oleh budaya asing, sehingga budaya sasak saat ini sangat jauh melenceng dari nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
“Budaya kita orang sasak di kenal dengan budaya sopan santun dan ramah, namun belakangan ini budaya kita sudah jauh dari esensi yang sebenarnya, karna sudah banyak di rasuki oleh budaya- budaya orang barat, tradisi nyongkolan yang semestinya sebagai ajang silaturrahmi, malah sekarang di jadikan sebagai ajang pertikaian yang tidak jarang berakhir dengan korban jiwa,” ungkapnya
Di tambahkannya nantinya diharapkan output dari acara seminar kebudayaan tersebut bisa memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah agar bisa membuat peraturan daerah (PERDA) ataupun peraturan bupati (PERBUP) sehingga bisa meminimalisir dampak negatif dari tradisi nyongkolan yang sangat meresahkan masyarakat .
Sementara itu Polres Lombok Timur melalui kasat lantas Sopyan Hadi SH mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 6 bulan terdapat 412 kasus lakalantas yang menyebabkan 70 orang meninggal dunia yang di sebabkan beberapa faktor di antaranya kemacetan yang terjadi ketika nyongkolan,
“ kurangnya kesadaran masyarakat atau yang mempunyai gawe melaporkan kegiatan kepada kepolisian dalam hal Pengamanan dan pengawalan menyebabkan banyaknya terjadi kecelakaan” ungkapnya
Sopyan Hadi SH pun memberikan apresiasi kepada PMII karna berani menjadi penggerak untuk acara seminar budaya tersebut, dengan mendatangkan kepala dinas dan Kasatlantas, masyarakat juga di himbau untuk melapor ketika ada kegiatan nyongkolan.
“ Masyarakat kita himbau jika mengadakan nyongkolan terutama kepada keluarga mempelai wanita ,karna di daerah tujuan agar melapor sehingga di berikan layanan pengamanan, jangan sampai pas sudah ribut baru ngelapor” tegas AKP Supyan Hadi pada peserta seminar budaya.
Di tambahkanya lagi bahwa selama ini masyarakat ketika melaksanakan nyongkolan sangat jarang memberikan imformasi sehingga ketika meggunakan bahu jalan, masyarakat lain terganggu.
Sementara itu Muhammad Satar, S.Ap Perwakilan dari Kesbangpoldagri Kabupaten Lombok Timur mengungkapkan bahwa perlunya upaya untuk merubah mindset berfikir masyarakat dari budaya nyongkolan selain untuk melestarikan budaya lokal budaya sasak haruslah menjadi wadah persatuan dan menjaga kerukunan antar sesama.
”budaya sasak harus menjadi wadah persatuan dan menjaga kerukunan antar sesama” ungkapnya. (Met)