LOMBOK TIMUR, Corongrakyat.co.id – Para Peternak Ayam Petelur Lombok Timur mengeluhkan masifnya telur dari Pulau Jawa dan Bali yang masuk ke Pulau Lombok, khususnya di Lombok Timur. Pasalnya, keadaan itu mengakibatkan harga telur anjlok, dari semula seharga Rp50 ribu menjadi Rp38 ribu. Padahal biaya produksi tinggi, seperti harga pakan terus melonjak, berikut biaya vaksin dan perawatan.
“Saat ini telur asal Bali dan Jawa begitu masif masuk ke Lombok Timur. Akibatnya kami alami kerugian, karena harga telur anjlok, sementara biaya produksi kami saat ini tinggi,” kata Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Lombok Timur, Sapoan Hakim. Rabu (01/11/2023).
Dipaparkan dia, keadaan ini sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Sehingga hal itu pun sempat pihaknya sampaikan ke Dinas Peternakan dan Kesehatan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, serta Dinas Perdagangan Provinsi NTB serta Balai Karantina Pelabuhan pada 26 September lalu.
“Kita sampaikan secara langsung di waktu itu, saat itu pihak dari dinas terkait dan Balai Karantina menyatakan tidak pernah mengeluarkan surat rekomendasi ke Pemprov Bali untuk meminta suplai telur masuk ke NTB. Artinya telur yang masuk dari luar daerah itu ilegal dan harus dihentikan,” ujarnya.
Lebih lanjut lagi dia menyatakan jumlah telur asal luar daerah yang masuk ke Lombok Timur tidak diketahui secara pasti. “Jumlah telur ilegal yang masuk ini tidak kita ketahui. Tapi dampaknya sangat mematikan usaha kami, karena produksi telur kami mengendap di kandang karena tidak terserap pasar, sehingga telur kami busuk,” imbuhnya.
Dijelaskan dia juga, anggota asosiasi ayam petelur yang dipimpinnya saja sejumlah 130 peternak. Itu belum termasuk lagi para peternak di luar asosiasi yang jumlahnya lebih banyak.
Berdasarkan hasil kalkulasi dan prakiraan akumulasi nilai kerugian anggota asosiasinya saja, dengan jumlah populasi 700 ribu ekor dengan kapitasi produksi 560 ribu butir/hari, setiap pekan anggotanya alami kerugian Rp300 juta/hari.
“Hitungan kami di asosiasi, per satu hari kami alami kerugian Rp 300 juta. Sementara keadaan ini sudah terjadi dua bulan, sehingga total kerugian dalam jangka waktu itu mencapai Rp18 M. Angka itu tentu sangat besar bagi kami dan kami harap keadaan ini segera berakhir,” ungkapnya.
Dari itu, pihaknya meminta sikap tegas dari pemerintah selaku regulator untuk segera mencari jalan keluar atas permasalahan ini. Pun jika tidak dilakukan, maka pihaknya memastikan dalam waktu dekat, pihaknya akan memobilisasi semua peternak di Lombok Timur untuk melakukan sweping telur dari luar daerah yang masuk ke Lombok Timur.
“Kalau keadaan ini terus berlanjut dan kami terus merugi karena pemerintah tidak tegas menyikapi ini, maka kami memastikan akan melakukan aksi sweeping untuk memberhentikan paksa telur asal luar daerah yang masuk ke Lombok Timur,” tandasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lombok Timur, Masyhur yang dikonfirmasikan perihal itu melalui aplikasi percakapan menyatakan pihaknya belum mengetahui pasti masalah itu, dan akan menanyakan hal itu ke bidang terkait.
“Kalau telur masuk coba besok tiang (saya, red) tanyakan ke Bidang PUP,” tandasnya. (Pin)