Masyarakat Indonesia memiliki beragam adat istiadat, tradisi dan budaya yang berbeda beda, oleh karena itu tradisi merupakan identitas dan ciri khas suatu lingkungan.
Lombok Timur, CR- Ada masyarakat mempunyai tradisi, kebiasan tiap tahun diadakan, karena semua orang, baik besar dan kecil melakukan acara pada saat waktu dan tempat yang sama, memang suatu tradisi itu kadang sulit diterima oleh akal, dimana masing masing daerah itu mempuyai keunikan sendiri, sebagai contoh di Bali ada acara omet-ometan (acara cium-ciuman) atau ogoh-ogoh dan lain-lain, kalau di daerah lain mungkin sulit diterima, begitu juga sebaliknya, itulah kekayaan eksotika budaya Indonesia yang perlu dikenal.
Di Lombok banyak acara atau tradisi yang juga dinanti-nanti masyarakat, seperti pawai atau karnaval yang menampilkan pakaian adat sasak dan tradisi sasak yang terekesan unik lainnnya. Tradisi-tradisi tersebut nantinya memberikan dampak positif bagi kemajuan pariwisata Lombok khususnya dan NTB pada umumnya sesuai yang diprogramkan Gubernur NTB TGH Zainul Majdi.
Salah seorang anggota DPRD NTB dari PPP TGH. Hazmi Hamzar. SH. MH. Selasa (26/04/2016) mengatakan bahwa dari pihak pegelola parwisata belum ada yang menaggapi budaya-budaya atau Adat Sasak, dimana adat-adat tersebut perlu dipertahankan kelestariannya, sehingga bisa dibawa ke kancah pariwisata tingkat nasional maupun internasional.
“ Masih minim perhatian pelaku pariwisata kita yang konsen untuk memperlihatkan budaya atau Adat Sasak kepada pelancong atau Touris, baik local maupun touris asing,” ujar anggota dewan yang juga disebut-sebut akan mencalonkan diri sebagai Bupati Lombok Timur 2018 yang akan datang.
TGH Hazmi Hamzar juga menambahkan bahwa ia yang juga sebagai pimpinan sebuah yayasan di Maraqitta’limat Mamben juga sering memperhatikan bagaimana perkembangan budaya tradisonal adat, seperti yang sering dipentaskan, kemudian yang sudah banyak dilihat, terutama yang menggunakan alat tradisional adat Sasak, musik tradsional gendang blek, gong gamelan. Menurutnya ini lebih tertib dan terkesan unik, karena budaya ini sifatnya belum termodifikasi dengan perkembangan zaman, kelihatan lebih elegan dibandingkan yang lain-lain sudah terkontaminasi budaya luar yang sudah vulgar, seronok dan menghilangkan estetika agama.
Tuan guru yang juga terenal dekat dengan jamaahnya ini mengungkapkan bahwa alat kesenian itu juga dulu adalah suatu metode untuk pendekatan penyebaran agama di Gumi Selaparang, sama seperti Walisogo menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
“Jadi bentuk penampilannya menggunakan baju adat sasak, bagi laki-laki meggunakan Pegong(baju adat Sasak untuk laki-laki, red), Sapuq dan bebet di perut, sama dengan perempuan seperti ala pegantin, ada pertunjukan tarian-tarian,”jelas tuan guru yang ternyata senang memperhatikan adat yang ada di Pulau Lombok .