Pemasangan poster di pohon telah lama menjadi pemandangan umum saat menjelang pemilihan umum. Namun, dalam era demokrasi yang semakin maju, pertanyaan muncul: apakah tindakan ini masih sesuai? Dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan, ada aspek yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
DALAM era demokrasi yang semakin canggih, tanggung jawab kita sebagai warga negara tidak hanya terbatas pada pemilihan wakil-wakil kita di eksekutif maupun legislatif, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan tempat kita tinggal. Pemasangan poster di pohon mungkin terlihat sepele, namun tindakan ini memiliki dampak yang merugikan dan tidak selaras dengan norma-norma etika demokrasi dan perlindungan lingkungan.
Lingkungan kita, dengan segala pohonnya, adalah aset berharga yang memberikan manfaat ekologis tak ternilai. Pohon memberi kita oksigen, mengurangi polusi udara, dan menyediakan tempat tinggal bagi berbagai bentuk kehidupan. Sayangnya, pemasangan poster di pohon sering kali merusak kulit pohon dan mengganggu kemampuannya untuk berfungsi secara optimal. Tindakan ini dapat mempercepat degradasi lingkungan dan mengancam keseimbangan ekosistem.
Selain dampak lingkungan, pemasangan poster di pohon juga mencerminkan masalah etika dalam demokrasi. Meskipun demokrasi mendorong kebebasan berekspresi dan partisipasi, pemasangan poster di tempat-tempat yang tidak pantas atau tanpa izin dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma etika sosial. Dalam demokrasi yang sehat, kita harus menghormati hak milik dan ruang bersama.
Menurut Carpenter (1975) dalam Wungkar (2005), pohon (dalam konteks ini pohon peneduh jalan) memiliki banyak fungsi. Diantaranya adalah sebagai kontrol visual, pengarah angin, penurun suhu udara, pengurang kelembaban, pelindung dari sinar matahari dan hujan, penyaring polutan udara, pengurang kebisingan, pencegah erosi tanah, tempat tinggal alami bagi berbagai hewan, memiliki nilai estetika yang meningkatkan keindahan lingkungan, serta mampu menjadi ciri khas yang mengidentifikasi suatu daerah.
Pohon-pohon tersebut bukan hanya menawarkan manfaat fungsional bagi lingkungan, tetapi juga memiliki simbolisme yang mendalam dalam menjaga keseimbangan antara aspek praktis dan estetika. Mungkin, sama seperti pohon-pohon yang memberikan kesejukan dan perlindungan, kita sebagai masyarakat juga bisa mencari cara-cara yang memberikan dampak positif tanpa mengabaikan nilai-nilai penting dalam tatanan sosial dan lingkungan kita.
Oleh karena itu, sebagai warga negara yang sadar akan tanggung jawab sosial dan lingkungan, mari kita pertimbangkan ulang tindakan pemasangan poster di pohon. Ada cara-cara yang lebih sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan keberlanjutan. Alternatif seperti media cetak, baliho pada lokasi yang diizinkan, atau kampanye digital bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Dengan melakukan ini, kita tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menghormati etika demokrasi. (*)
*Muh. Rifa’i Ilhamudin (Pemerhati Isu Demokrasi dan Lingkungan)