Patut di tiru dari sosok perjuangan seorang ibu yang bernama Jauhariah asal Kampung Karang Baru Lingkungan Sawing Kelurahan Majidi yang rela jual sayur di pasar dan keliling demi pendidikan anak- anaknya.

Lombok Timur, Corong Rakyat– Jauhariah merupakan seorang ibu rumah tangga berumur sekitar 42 tahun asal Kampung Karang Baru Lingkungan Sawing Kelurahan Majidi, di umurnya yang tidak lagi muda selain menjadi ibu rumah tangga, kesehariannya di sibukkan di pasar dengan menjual berbagai macam sayuran, dari selesai sholat subuh sampai pulang sekitar jam 11.00 siang.
Sepulang dari pasar Jauhariah pun tidak beristirahat, namun waktu istirahatnya di gunakan untuk keliling menjajakan sayur kepada masyarakat sekitar lingkunganya yang tidak habis terjual di pasar dan baru pulang ketika sudah sore .
Hal itu menjadi rutinitas yang di lakoni oleh ibu tiga anak itu setiap harinya dan sulit di percaya bahkan tidak masuk akal bahwa hasil penjualan sayur yang tidak terlalu besar hanya 15.000 perhari yang di beli dari para petani sayur untuk di jual di pasar selalu di tabung, sehingga ia mampu menyekolahkan dua dari tiga anaknya hingga sarjana.
“ saya menjual sayur ini untuk membiayai anak saya kuliah, meskipun untungnya paling kita dapat 15.000 perhari, karna saya ngambil sayurnya di warga sekitar yang ada di sini sehingga untungnya saya bagi dua sama yang punya,” ungkapnya sembari mengikat sayur yang akan di pasarkan di pasar terminal pancor ketika di temui oleh wartawan koran .
Di tambahkanya lagi bahwa usaha yang di lakukan semata- mata untuk kesuksesan anaknya, karna Jauhariah tidak mau jika anaknya seperti dia yang hanya lulusan sekolah dasar SD
“ ini semua untuk anak- anak saya agar pendidikanya lebih baik dan lebih tinggi dari saya yang hanya tamatan sekolah dasar, agar nantinya anak saya bisa berguna dan bermampaat bagi agama dan masyarakat,” ungkapnya
Dari penjualan sayur yang di lakukan selama kurang lebih 20 tahun sekarang jauhariah mampu menjadikan anak pertamanya tamat sekolah menengah atas dan anak kedua dan ketiga menjadi sarjana, anak pertamanya pun tidak sarjana karna ketidak mauan dari anaknya sendiri yang lebih memilih bekerja membantu mencari uang untuk adek- adeknya.
Sementara itu Ahyar Rosyadi selaku anak pertama dari Jauhariah merasa bangga melihat sosok perjuangan seorang ibu yang tidak pernah merasa letih untuk memperjuangkan anaknya untuk bisa menuntut ilmu
“ saya bangga sama ibu saya karna beliau adalah orang yang tanpa letih mencari nafkah dengan berjual sayur untuk memperjuangkan anak-anaknya untuk bisa mengenyam pendidikan yang sama seperti orang lain hingga sarjana,” kenang sang anak(Met)