Hidup Berkesaran adalah kunci Bangsa Indonesia secara kolektif untuk “Eling – Berkesadaran Penuh dan Waspodo – Berkesadaran Kekinian” seperti dinubuahkan oleh Prabu Djojoboyo – Raja Kediri seputar hampir ribuan tahun yang lalu yang momennya mengemuka saat ini. Atas berkat Romo Sriyanto Eko Galgendu beserta 7 Pemimpin Agama dalam “Gerakan Peduli Indonesia Damai”, Ayah Guru Dr Saiful Karim, Kang Abu Marlo dkk, KH Ahmad Chojim, Buya KH Dr Arrazy Hasyim, KH Dr Muhammad Yusfi, Guru dr Wayan Mustika, Guru Mangku Hipno, Guru Lia Lestari, Guru Elisa Sagala, dkk.
Saat Pohon Peradaban Esoteris – Ruh Nusantara menghadapi masalah keterpisahan organ-organ dari akar spiritualitas kesejatin – batang sistem filosofi – cabang ‘sains alat-alat berfir – berikut alat analisa’ – ranting “operasionalisasi dalam sosialisme keadilan – modal sosial – etika ‘personal sosial semesta’ – etiket pada kehidupan sehari-hari dst” – serta pada dahan dan buah, tidak integral organik (Plato, Ibn Arabi, HOS Cokroaminoto, Bung Karno, Mr Soepomo, Gus Dur, Antonio Gramschi dkk).
“Kesadaranmu sudah sampai mana? Jumlah total pikiran di alam semesta adalah satu. Faktanya, kesadaran adalah pentahapan kesatuan dalam semesta & semua makhluk termasuk dirimu. Dimensi 1& 2 ada ada dalam tubuh kesadaran tubuh fisikmu.” -Revolusi Jiwa.
Imam Abu Hamid Al Ghozali Ra membagi dalam Kesadaran buruk 1.amarah/ marah, 2.suwiyah= ketika sendiri tak kuat. 3.mulhamah hati bolak balik, 4-5 kesadaran fisik. Masuk kesadaran baik: 6,mutmainnah= jiwa tenang, 7.radhiah – ridho terhadap takdir, 8,mardhiah Allah meridhoi & 9.kamilah- ikhlas – taqwa – sempurna.
Meringkas keseluruhan pengalaman spiritualnya, Imam Ghozali, yang merupakan simpul dari seluruh kitabnya yang ada, lalu menulis, “Semuanya bukanlah Dia tapi semuanya ini tak lain dari Dia – Ma huwa wala ghairuha”. “Keseluruhan kitab-kitab dari Imam Ghozali kalau diringkas menjadi satu kalimat ini,” kata Mursyid Habib Faqih Hasyim bin Thahir QS yang juga guru “Hakikat Ma’rifat” Syekh Alwi Al Maliki QS.
Kesadaran bukan melulu sorga – neraka tapi eksistensi diri yang lebur dalam kesadaran manusiawi & Kesadaran Lautan Cinta Keilahian – kembali sempurna kepada-Nya ‘sabar syukur terhadap fitnah/ ujian dunia yang fana/ lenyap binasa’ kullu syaiin halikun/ fanin illa wajhahu – segala sesuatu lenyap binasa, kecuali Wajah-Nya.
Rabiah Al Adawiyah Radhialla’anha dengan “Mazhab Cintanya” (diikuti Abu Nawas, Jalaluddin Rumi, Ronggowarsito, Kiageng Suryomentaram dkk), yang “dengan derita tiada tara, akhirnya menemukan Cinta Tuhan YME – Allah Swt yang selon-total, sampai “Jika aku menyembah-Mu karena surga – masukkan aku ke neraka. Jika aku menyembah-Mu karena takut neraka biarlah eksistensiku menutupi neraka agar tak satupun orang yang masuk neraka. Bagiku Engkau (wajah-Mu) sudah cukup”.
Penjelasan nabi Zulkifli ‘Kapilavastu’ Buddha tentang pilihan alam-alam tempat kita nyangsang/ kembali begitu indah sempurna:
1.Alam Rendah meliputi a.neraka, b.binatang, c.hantu-hantu setan kelaparan (untuk orang yang lobha tamak – cinta duniawi), d.hantu- hantu setan raksasa (untuk para politikus busuk yang tidak dalam kerangka “aku hidup untuk sesuatu yang lebih” (Santo Ignatius Loyolla) – kepentingan kemaslahatan umum/ republik).
2.Alam Materi – Fisik – Tubuh Semesta.
3.Alam Materi Halus (astral – ghaib duniawi – jin-jin dst).
4.Alam Non Materi/ Cahaya (dari kebajikan-kecil – besar, para malaikat/dewa-dewa, orang yang saleh sempurna, martir kebenaran/ syahid, kaum yang jujur/ Sidik, …
5.Alam Adi Kudrati yang sudah “tidak terkondisi & tidak berubah selama- lamanya” ‘para Kekasih & Jagoan Ilahi’, para nabi, 5 nabi utama “Nuh, Ibrahim, Musa, Isa & Daud As” sebagai “Master-master Pendidikan Karakter” (Prof Dr Fidelis Waruwu), Penciptaan Pertama – Wujud Asal dan saat suwung – kosong saat Tuhan YME – Allah Swt sendiri.
Penulis: Gus Badawi
Kerabat Pimpinan Spiritual Nusantara