oleh

Simulasi Belajar Tatap Muka Berjalan, Pemda Lotim Lakukan Monitoring dan Evaluasi

Simulasi pembelajaran tatap muka dilakukan dua pekan kedepan. Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur (Lotim) terus lakukan monitoring dan evaluasi. Jika ada satuan pendidikan yang tidak memenuhi standar sarana dan prasarana Protokol Kesehatan Covid-19, maka satuan pendidikan itu akan ditutup.

LOMBOK TIMUR, Corongrakyat.co.id- Simulasi pembelajaran tatap muka pada jenjang SD/SMP sederajat di Lotim dalam jangka dua pekan kedepan tengah dilaksanakan. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Lotim, Juani Taofik mengaku jika pihaknya telah mendapatkan laporan dari Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim terkait progres simulasi tersebut

“Rencana simulasi dua minggu, tapi satu minggu ini kita akan evaluasi.
Memang saya mendapatkan laporan dari Kepala Dikes dan Kepala Dikbud memang tidak semua sekolah tidak memiliki peralatan lengkap seperti sarana dan prasarana. Tapi saya istilahkan sambil berlari kita perbaiki karungnya,” katanya, Selasa (17/11/2020).

Sekalipun terdapat satuan pendidikan yang tidak memiliki kelengkapan sarana dan prasarana ideal untuk dilaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka, Ia menegaskan lebih banyak satuan pendidikan yang siap, sebab terdahulu ada alokasi dana Bos untuk pengadaan alat protokol kesehatan Covid-19.

“Tapi banyak sekolah yang ideal, dalam arti dulu ada dana Bos yang dipergunakan untuk membeli thermogun, jadinya yang sudah lengkap disilahkan jalan, yang belum lengkap jangan dipaksakan,” sebutnya.

Terlepas dari itu, dirinya optimis jika dengan sinergi yang baik antara semua elemen khususnya Satgas Covid-19, Dikes dan Dikbud Lotim serta masyarakat, simulasi pembelajaran tatap muka ini akan berjalan baik, sembari tentu akan dilakukan evaluasi menyeluruh.

“Tapi dengan kerjasama yang baik, pendidikan itu di support oleh Puskesmas dan Dikes, semua sekolah dipantau, semua guru dan siswa minimal harus bawa masker. Makanya nanti di hari Sabtu kita akan lihat, kalau tidak memungkinkan kita tidak akan lanjutkan. Kami akan keras, kalau misalkan membahayakan, kita bisa lihat tiga hari saja interaksi, kalau misal ada cluster sekolah, kita akan tutup,” tegasnya.

“Tetap yang tidak pakai masker disilahkan pulang, yang tidak ada thermogun disilahkan tutup dulu,” imbuhnya.

Dari itu Taofik meminta kepada semua pihak agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan, minimal dengan tetap menerapkan 3 M (Menggunakan Masker, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan).

“Saya imbau minimal semua kita menerapkan 3 M. Karena untuk 3 T (Testing, Tracking dan Treatment) itu agak susah. Bayangkan sekali test swab itu antara 900 ribu sampai 1,2 juta, makanya di tengah keterbatasan ekonomi dan fasilitas kesehatan kita ini, jauh lebih utama 3 M dibanding 3 T,” tutupnya. (Cr-Pin)