oleh

Realistis! DPP HKTI NTB Datangkan 10 Juta Sapi untuk Sejahterakan Peternak

Keseriusan Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB dalam membumikan sejuta sapi, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat di NTB khususnya di Lombok Timur (Lotim) nyatanya bukan isapan jempol belaka. Terbaru DPP HKTI NTB telah meneken kerjasama dengan PT. Karya Hoqi untuk mendatangkan 10 juta ekor sapi untuk digemukkan oleh peternak di NTB.

LOMBOK TIMUR, Corongrakyat.co.id- Dalam kontrak antara DPP HKTI NTB dan PT. Karya Hoqi itu akan diimpor 10 juta ekor sapi Bakala (Brahma) secara bertahap dari Australia dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Hal itu dikatakan oleh Direktur Utama (Dirut) PT. Karya Hoqi, H. Bachtiar.

“Yaa kita PT. Karya Hoqi berkerjasama dengan DPP HKTI NTB untuk kepentingan masyarakat, ya kenapa tidak. Jelasnya secara bertahap ada 10 juta ekor kita impor dari Australi, lalu di plasmakan kepada rakyat. Intinya HKTI plasmanya adalah rakyat,” katanya, Rabu (21/10/2020).

“Sapi 10 juta itu didatangkan dalam kurun waktu 5 tahun secara bertahap,” imbuhnya.

Bachtiar melanjutkan, alasan melakukan impor sapi karena kurangnya stok sapi di dalam negeri dibanding dengan tingkat konsumsinya yang begitu tinggi. Dan alasan lain masyarakat akan mendapatkan manfaat ekonomi dengan pola penggemukan ini.

“Alasan memilih sapi Australi, yaa satu karena sapi di Indonesia kurang dari jumlah konsumsi, jadi kita harus import untuk digemukkan di sini, masyarakat juga mendapat hasil atas binaan HKTI,” paparnya.

Ketua DPP HKTI NTB yang juga Wabup Lotim, H. Rumaksi SJ. S.H., menyatakan jika dalam program ini, Lotim akan dijadikan prioritas agar tercipta percepatan kesejahteraan masyarakat.

“Kalau untuk Lombok Timur secukupnya, jadi saya selaku
Ketua DPP HKTI NTB mendatangkan ini dalam jangka waktu 5 tahun, jadi 10 juta ini kita bagi ke se-NTB , tentunya Lombok Timur skala prioritas,” tegasnya.

Lanjutnya, ke depan pola yang akan dipergunakan di Lotim adalah pemberdayaan dengan tujuan utama mengentaskan kemiskinan.

“Ini yang akan kita berikan, terutama kita akan berkerjasama dengan pondok pesantren, dan ini ada kaitannya dengan saya sebagai ketua tim penurunan kemiskinan dan untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat,” terangnya.

Lebih lanjut terkait progres dan teknis program ini dijelaskan lebih rinci oleh Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan.

“Proses ini tidak ujuk-ujuk, jadi proses jemput bola dari Ketua DPP hingga DPN HKTI Pak Moeldoko alhamdulilah hari ini sudah mencapai tahap akhir dalam bentuk administrasi, tadi sore pemeriksaan tempat karantina di Pelabuhan Gili Mas Pelindo II dan semua proses berjalan baik,” ujarnya.

Persiapan selanjutnya yang akan dilakukan oleh DPP HKTI NTB adalah membangun fasilitas Rumah Potong Hewan (RPH). Bahkan DPP HKTI NTB tegasnya bertekad akan membangun RPH terbesar di NTB. Untuk sementara, Iwan menyampaikan jika pihaknya saat ini menyewa RPH milik Pemprov NTB.

“Tinggal penyiapan RPH. Untuk sementara kami menyewa RPH milik provinsi di Rumak, karena kapasitas yang ada di Lombok Timur tidak memungkinkan. Kemungkinan ke depan kita akan cari lokasi di Lombok Timur untuk RPH yang kapasitasnya 1000 ekor per hari dan akan menjadi yang terbesar karena di Rumak itu kapasitasnya 200 ekor per hari,” jelasnya.

Selain membangun RPH, DPP HKTI NTB berkerjasama dengan Pemprov NTB akan membangun penunjang utama lain yang sangat penting, yaitu fasilitas karantina.

“DPP HKTI NTB juga telah berkerjasama dengan Pemerintah Provinsi NTB untuk membangun fasilitas karantina, itu sangat penting karena menyangkut iklim jadinya minimal sapi itu akan dikarantina 2 minggu. Setelah dikarantina baru didistribusi ke masing-masing kabupaten,” ucapnya.

Terkait dengan jenis sapi Brahma yang akan digemukkan oleh masyarakat di NTB, khususnya di Lotim ada dua tipe. Pertama yang siap potong dan kedua yang akan digemukkan oleh masyarakat. Terlepas dari itu, Iwan menegaskan jika pangsa pasar sapi Bakala sudah jelas dan ekonomis.

“Sapi ini ada dua jenis, satu sapi yang langsung dipotong di Rumak, satu lagi yang akan dipelihara masyarakat, beratnya minimal 400-450 kg. Jadi untuk sapi Bakala ini sudah jelas pangsa pasarnya, yaitu di Timur Tengah, juga untuk kebutuhan masyarakat di seluruh provinsi juga merupakan kebutuhan lainnya,” tegasnya.

Atas program yang begitu prestisius ini, Iwan menegaskan sangat optimis dan akan membuktikan jika program ini dapat mensejahterakan masyarakat, sehingga berharap pengawasan dari semua elemen.

“Program ini banyak dikatakan gila, tapi kita akan buktikan bersama PT. Karya Hoqi dan DPP HKTI NTB jika kita akan berhasil. Tentu kami harapkan program ini mari kita jaga, mungkin tidak akan sempurna di awal karena banyak fasilitas yang kita butuhkan, tapi kita tetap optimis,” pungkasnya. (Cr-Pin)